JelajahHijau – Bencana alam kembali melanda wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dalam beberapa pekan terakhir. Hujan deras yang disertai angin kencang dan tanah longsor menyebabkan kerusakan di berbagai sektor, salah satunya adalah fasilitas pendidikan. Berdasarkan data sementara dari Dinas Pendidikan setempat, tercatat sebanyak 23 sekolah mengalami kerusakan, mulai dari ringan hingga berat. Kondisi ini menjadi sorotan karena berdampak langsung terhadap proses belajar-mengajar ribuan siswa yang tersebar di berbagai kecamatan.
1. Sebaran Kerusakan Terjadi di Berbagai Kecamatan
Dari 23 sekolah yang terdampak, lokasi tersebar di sejumlah kecamatan rawan bencana seperti Cigudeg, Sukajaya, Pamijahan, dan Leuwiliang. Sekolah-sekolah ini mengalami berbagai bentuk kerusakan, mulai dari atap yang roboh, dinding retak, ruang kelas tergenang air, hingga bangunan yang sebagian ambruk akibat tanah longsor. Beberapa sekolah bahkan terpaksa menghentikan kegiatan belajar-mengajar karena bangunan tidak lagi aman untuk digunakan. Para siswa pun sementara dialihkan ke sekolah-sekolah terdekat atau melanjutkan pembelajaran secara daring.
2. Hujan Deras dan Longsor Jadi Pemicu Utama
Cuaca ekstrem yang melanda Bogor sejak akhir Agustus menjadi penyebab utama kerusakan ini. Curah hujan tinggi disertai angin kencang tidak hanya merusak fasilitas umum, tapi juga mengakibatkan pergeseran tanah di wilayah perbukitan. Sejumlah sekolah dibangun di area yang memiliki kontur tanah miring atau dekat dengan tebing, sehingga sangat rentan terhadap longsor. Dinas Pendidikan menyatakan bahwa faktor lokasi geografis memang menjadi tantangan tersendiri dalam pembangunan dan pemeliharaan fasilitas sekolah di wilayah Bogor yang cukup luas dan beragam.
3. Proses Belajar Mengajar Terhambat
Kerusakan fasilitas ini tentu berdampak besar terhadap jalannya proses pendidikan. Beberapa sekolah yang mengalami kerusakan berat tidak bisa lagi digunakan, sehingga kegiatan belajar-mengajar harus dipindahkan. Ada yang menumpang di sekolah lain dalam satu zona, ada pula yang terpaksa kembali menerapkan pembelajaran daring untuk sementara waktu. Guru dan siswa menghadapi tantangan baru dalam beradaptasi, terutama di daerah-daerah yang akses internetnya masih terbatas. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan penurunan kualitas pembelajaran jika tidak segera diatasi.
4. Pemerintah Daerah Siapkan Langkah Penanganan Darurat
Menanggapi situasi ini, Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Dinas Pendidikan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah bergerak cepat. Langkah awal yang dilakukan adalah pendataan dan penilaian tingkat kerusakan di setiap sekolah. Beberapa bangunan yang dianggap masih bisa digunakan sedang dalam tahap perbaikan ringan, seperti perbaikan atap dan pembersihan material longsoran. Sementara sekolah yang rusaknya parah akan diajukan untuk mendapat bantuan perbaikan dari pemerintah pusat melalui dana rehabilitasi dan rekonstruksi bencana.
5. Harapan dan Tantangan Pemulihan Dunia Pendidikan
Kerusakan ini menjadi pengingat bahwa infrastruktur pendidikan di daerah rawan bencana perlu mendapat perhatian serius. Tidak cukup hanya membangun, namun juga harus memperhatikan aspek keamanan dan keberlanjutan. Banyak pihak berharap agar proses perbaikan dapat dilakukan dengan cepat agar kegiatan belajar siswa tidak terganggu terlalu lama. Di sisi lain, tantangan juga datang dari keterbatasan anggaran dan sumber daya, sehingga perlu kerja sama antara pemerintah daerah, pusat, dan juga masyarakat setempat untuk memulihkan kembali fasilitas pendidikan.
Situasi yang menimpa 23 sekolah di Bogor ini merupakan cerminan bahwa dunia pendidikan kita masih sangat rentan terhadap gangguan eksternal seperti bencana alam. Upaya tanggap darurat harus dibarengi dengan perencanaan jangka panjang, agar sekolah-sekolah yang berada di zona rawan dapat dibangun lebih tangguh dan siap menghadapi kondisi cuaca ekstrem. Di tengah tantangan ini, semangat guru dan siswa untuk terus belajar tetap menjadi kekuatan utama yang tak boleh padam.
