jelajahhijau.com Selama bertahun-tahun, pertumbuhan ekonomi Indonesia sering disebut stabil di kisaran lima persen. Angka ini memang terlihat menjanjikan, namun ada pertanyaan penting yang perlu kita ajukan: apakah pertumbuhan tersebut benar-benar dirasakan oleh seluruh masyarakat? Dan apakah arah pembangunan ekonomi kita sudah sesuai dengan kebutuhan masa depan yang berbasis digital, hijau, serta berkelanjutan?
Selama ini, pembangunan ekonomi di Indonesia masih terfokus pada pencapaian angka—seperti tingkat pertumbuhan, besarnya investasi, dan jumlah proyek infrastruktur. Semua indikator itu penting, tetapi belum tentu mencerminkan kualitas pembangunan secara menyeluruh. Pembangunan ekonomi tidak hanya soal “seberapa cepat kita tumbuh”, melainkan juga “ke mana arah pertumbuhan itu berjalan” dan “siapa yang ikut bertumbuh bersama”.
Dari Pertumbuhan Angka Menuju Transformasi Struktural
Dalam teori pembangunan klasik, tokoh seperti Raul Prebisch pernah menegaskan bahwa pembangunan sejati bukan hanya menambah output, melainkan mengubah struktur ekonomi. Sementara itu, teori pertumbuhan endogen menekankan pentingnya inovasi, teknologi, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk mendorong kemajuan jangka panjang. Kedua pandangan tersebut memberi pesan jelas: arah pembangunan seharusnya berpijak pada perubahan fundamental, bukan sekadar pada statistik ekonomi.
Indonesia memiliki peluang besar untuk menuju transformasi struktural, terutama melalui penguatan ekonomi digital. Ribuan anak muda kini membangun startup, sementara pelaku UMKM mulai beradaptasi dengan sistem daring. Pemerintah juga mendorong transaksi digital agar ekonomi semakin efisien. Namun, akses terhadap infrastruktur digital belum merata. Banyak daerah di luar Pulau Jawa yang masih tertinggal dalam hal jaringan internet dan fasilitas teknologi. Jika kesenjangan ini tidak segera diatasi, maka ekonomi digital berpotensi memperlebar jurang ketimpangan.
Menghadapi Tantangan Transisi Hijau
Selain transformasi digital, dunia kini bergerak menuju ekonomi hijau. Indonesia sebenarnya memiliki modal besar di sektor energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, air, dan panas bumi. Namun, realitasnya kebijakan energi nasional masih cenderung bertumpu pada sumber fosil. Padahal, apabila Indonesia serius menyiapkan strategi energi hijau, peluang untuk menjadi pusat investasi berkelanjutan di Asia Tenggara sangat terbuka lebar.
Ekonomi hijau bukan hanya tentang mengurangi emisi karbon, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru. Pembangunan sektor energi terbarukan dapat membuka kesempatan bagi generasi muda untuk berkarier di bidang teknologi bersih dan inovasi lingkungan. Selain itu, ekonomi hijau membantu memperkuat daya saing global Indonesia karena dunia kini bergerak menuju standar industri yang lebih ramah lingkungan.
Membangun Ekonomi yang Inklusif dan Adil
Transformasi ekonomi harus berjalan secara inklusif. Artinya, setiap lapisan masyarakat harus mendapat manfaat dari perubahan yang terjadi. Petani, nelayan, dan pelaku UMKM tradisional sering kali menjadi kelompok yang paling terdampak oleh perubahan teknologi maupun kebijakan energi. Oleh karena itu, setiap langkah pembangunan perlu memastikan mereka tidak tertinggal.
Pemerintah dan sektor swasta harus berkolaborasi untuk menciptakan program pendampingan dan pelatihan berbasis teknologi. Dengan begitu, kelompok masyarakat yang selama ini beroperasi secara konvensional dapat ikut beradaptasi di era digital. Di sisi lain, sistem pendidikan juga harus menyiapkan sumber daya manusia yang tangguh, kreatif, dan inovatif agar mampu bersaing di pasar global.
Pendidikan dan riset adalah fondasi penting untuk menopang arah pembangunan ekonomi masa depan. Tanpa investasi besar pada peningkatan kapasitas manusia, Indonesia akan kesulitan melangkah menuju era ekonomi digital dan hijau secara utuh.
Menata Ulang Arah Pembangunan untuk Masa Depan
Kini saatnya Indonesia menata ulang arah pembangunan ekonominya. Pertumbuhan yang baik bukan hanya tentang kecepatan, tetapi juga tentang arah dan kualitasnya. Pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat harus bersatu dalam satu visi besar: membangun ekonomi yang tangguh, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Ada tiga langkah utama yang perlu diperkuat. Pertama, memperbesar investasi dalam bidang pendidikan, riset, dan pengembangan teknologi. Kedua, memberikan dukungan nyata pada energi hijau dan industri ramah lingkungan, bukan hanya sekadar wacana. Ketiga, memastikan transformasi ekonomi berjalan inklusif sehingga kelompok rentan tidak tertinggal dalam arus perubahan.
Jika tiga hal ini dijalankan secara konsisten, Indonesia tidak hanya akan tumbuh, tetapi juga berkembang dengan arah yang jelas dan berkelanjutan.
Menuju Ekonomi Indonesia yang Tangguh dan Berkelanjutan
Era digital dan transisi hijau membuka peluang besar sekaligus tantangan baru. Indonesia harus mampu menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial, dan keberlanjutan lingkungan. Transformasi ini tidak akan mudah, tetapi dengan visi yang jelas, kolaborasi antarsektor, serta komitmen terhadap inovasi, Indonesia bisa menjadi contoh bagi negara berkembang lainnya.
Pembangunan ekonomi yang baik adalah pembangunan yang menumbuhkan manusia, bukan sekadar angka. Ekonomi yang sehat adalah ekonomi yang tidak hanya menguntungkan sebagian, tetapi juga mengangkat kesejahteraan bersama. Dengan menata ulang arah pembangunan ke arah yang inklusif dan berkelanjutan, Indonesia dapat membangun masa depan yang lebih hijau, cerdas, dan adil bagi semua.

Cek Juga Artikel Dari Platform beritabumi.web.id
